Lima tanda Indonesia terlibat 'Perang Dunia Ketiga'


Raja Yordania Abdullah II Ibnu Hussein pernah menyebut perang melawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) adalah awal dari Perang Dunia Ketiga. Raja Abdullah juga menegaskan jika perang ini dimulai dari Indonesia hingga California.

"Masalahnya lebih besar dari ISIS, ini adalah Perang Dunia Ketiga. Saat ini umat Kristen, Yahudi, bekerjasama dengan muslim melawan Khawarij," kata Abdullah, seperti dikutip dari situs Middle East Eye, Senin (28/3).

Melirik kepada Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas muslim terbesar dunia, memang tidak bisa dipungkiri bila simpatisan mereka cukup banyak di negeri ini. Terbukti dengan ditangkapnya warga negara Indonesia yang berniat bergabung dan menyimpan barang bukti terkait dengan kelompok ISIS.

Merangkum temuan bukti tersebut, berikut paparan indikasi keterlibatan Indonesia dalam 'Perang Dunia Ketiga' akibat keterlibatan ISIS.

1.
Santoso masuk daftar teroris global buruan Amerika Serikat


Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat kemarin memasukkan nama Santoso ke dalam daftar Teroris Global. Santoso dikenal sebagai militan asal Indonesia yang pernah berbaiat kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Santoso alias Abu Wardah diyakini bersembunyi di hutan Sulawesi. Dia merupakan pemimpin dari Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Kelompok MIT juga masuk dalam daftar Teroris Global versi AS.

"Keputusan hari ini memberitahukan kepada warga AS dan komunitas Internasional bahwa Santoso terlibat aktif dalam terorisme," kata pernyataan Kemlu AS kemarin, seperti dilansir kantor berita Reuters, Rabu (23/3).

"Dengan demikian segala properti dalam wilayah AS yang punya kaitan dengan Santoso diblokir dan setiap orang Amerika dilarang melakukan transaksi apa pun dengan Santoso," kata pernyataan itu lagi.

Pasukan keamanan, baik dari Tentara Nasional Indonesia maupun Kepolisian, kini masih memburu kelompok Santoso di Sulawesi Tengah. Operasi ini berjalan sejak Januari lalu.

Ahli terorisme mengatakan MIT adalah kelompok teror turunan dari Jamaah Islamiyah (JI), cabang Al Qaidah di Asia Tenggara yang menjadi dalang Teror Bom Bali pada 2002 dan 2005.

Santoso menyatakan berbaiat kepada ISIS dalam sebuah rekaman suara yang dirilis MIT pada Juli 2014.

MIT diduga beranggota 30 orang, termasuk tiga perempuan yang dilaporkan bergabung pada 2012 setelah suami mereka terbunuh di Poso akibat konflik sektarian.

2.
Bersimpati pada ISIS, TKI di Korsel divonis penjara 8 bulan


Buruh Migran Indonesia di Korea Selatan diganjar vonis penjara 8 bulan dengan masa percobaan dua tahun. TKI bernama Carsim itu dinyatakan bersalah, karena menjadi simpatisan jaringan teror Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).

Hakim menyatakan Carsim terbukti memiliki senjata berbahaya tanpa izin serta melakukan pelanggaran keimigrasian. Hukuman Carsim lebih rendah dari jaksa yang menuntutnya dibui 1,5 tahun. Hakim mengatakan dua tuntutan - yakni memakai identitas palsu - tidak terbukti.

"Keputusan ini harus menjadi pelajaran bagi kita semua. Saya berharap, semua WNI di Korea lebih berhati-hati dalam mengambil paham-paham baru serta dalam penggunaan media sosial," kata Dubes RI John A Prasetio dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis (25/3).

Pihak imigrasi telah menghubungi KBRI Seoul untuk kemungkinan proses deportasi setelah Carsim menjalani masa hukuman. Kendati begitu, masih ada kemungkinan Carsim akan dipulangkan secepatnya. KBRI kini terus berkoordinasi untuk mempersiapkan berbagai kemungkinan terhadap TKI pesakitan itu.

Dari penyelidikan KBRI, Carsim memiliki nama lain Abdullah Hasyim. Pria 32 tahun itu sejak 2007 tinggal secara ilegal di Provinsi Chungcheong Selatan, sekitar 150 kilometer dari Ibu Kota Seoul.

Carsim ditangkap pada Agustus 2015 oleh pihak imigrasi Korea Selatan yang sudah berkoordinasi dengan KBRI Seoul. Carsim diduga simpatisan ISIS lantaran dia mengunggah gambar-gambar dan tulisan yang mengarah pada organisasi Al Nusra yang merupakan cabang dari kelompok militan Al Qaidah di Suriah, pada akun sosial media Facebook miliknya.

Polisi Korsel juga menemukan bukti berupa pisau dan senjata M-16 mainan, serta buku-buku pada saat penangkapan di tempat tinggalnya.


3.
Indikasi ISIS tumbuh di kalangan anak muda

Dari survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) terhadap pergerakan ISIS di tanah air, terdapat indikasi bertumbuhnya persetujuan terhadap kelompok ISIS di kalangan anak muda dengan total 4 persen.

"Potensi dukungan ada di kalangan muda. Walau tetap rendah, terdapat 4 persen warga berusia 22-25 tahun dan 5 persen yang masih sekolah yang mengenal ISIS menyatakan setuju dengan perjuangan ISIS," kata Djayadi di Kantor SMRC, Jl. Cisadane No. 8, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (22/1).

Djayadi khawati jika pemerintah mengabaikan sekecil apapun potensi bertumbuhnya ISIS di Indonesia. Dia berharap, Pemerintah segera merespon temuan ini dengan mengambil langkah-langkah penanganan secara dini. "Bentuknya sosialisasi atau penanganan secara dini. Ini mengkhawatirkan kalau dibiarkan begitu saja," ulas Djayadi.

Dari survei, 0,08 persen setuju dengan keberadaan ISIS di Indonesia. "Ini peringatan agar Pemerintah mengambil langkah selanjutnya untuk penanganan atau menangkal masuknya gerakan ISIS di tanah air," ucapnya.

4.
Media Australia rekam ISIS rekrut anggota di masjid Jakarta


Media Australia ABC, melaporkan pertemuan rahasia para pendukung kelompok teror Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), di salah satu masjid di Jakarta. Pertemuan rahasia ini ditujukan untuk merekrut militan baru agar bergabung dengan kelompok tersebut.

Masjid As-Syuhada menjadi lokasi pertemuan. Namun takmir mengaku bahwa kelompok pengajian ini cuma menyewa tempat. ABC mengklaim mereka merekam dengan jelas semua pertemuan itu.

Seorang juru kamera ABC, yang berkebangsaan Indonesia, disebutkan memperoleh akses ke pertemuan tersebut. Dia merekam dengan jelas apa yang diungkapkan dalam pertemuan tersebut, meski ada upaya untuk menghentikan gambar yang dia ambil.

"Mereka mendeklarasikan jika wilayah ISIS merupakan sebuah wilayah yang menegakkan hukum Allah sepenuhnya dan tidak ada intimidasi dari negara lain," ujar ulama garis keras, Syamsudin Uba, pada pertemuan tersebut, seperti dilaporkan ABC, Selasa (23/2).

"Dan atas dasar pengorbanan darah, mereka menyatakan diri sebagai sebuah Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)."

Syamsudin Uba sebelumnya pernah ditangkap oleh pihak keamanan Indonesia, sayangnya belum ada hukum yang membawahi perekrutan militan ISIS di Tanah Air.

"Muslim hanya butuh berkat dari Allah, di sebuah negara yang menegakkan hukum Allah sepenuhnya. Meskipun tidak disukai oleh para kafir," lanjut ulama tersebut dalam khotbahnya itu.

Dalam pertemuan tersebut, secara jelas terpampang bendera milik kelompok teror ISIS diperlihatkan kepada para jemaah. Kala itu, sang ulama tengah memperlihatkan film mengenai propaganda ISIS di Youtube.

"Ketika kalian berada di sana nanti, dengan berkat Allah, kalian tidak perlu lagi pusing membayar sewa, kalian tidak perlu membayar tagihan listrik dan air. Kalian akan mendapat makanan enak setiap bulannya. Bahkan kalian akan mendapat gaji per bulan, dan mendapat jaminan kesehatan dan perawatan medis gratis," lanjut pria dengan pakaian hitam itu.

5.
Peran asing di balik teror bom di Thamrin


Dalam sebuah keterangan diperoleh merdeka.com, ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan bom terjadi di Sarinah. Keterangan dengan tulisan berbahasa Indonesia itu mengirimkan pesan jika mereka sukses melakukan teror di Jakarta setelah sebelumnya menanam bom di lokasi kejadian.

"Unit Junud Khilafah di Indonesia menyerbu dengan ledakan bom ditanam sebelumnya bersamaan dengan empat Kesatria Junud Khilafah," demikian keterangan tersebut berlogo Islamic State Indonesia.

Dalam catatan yang diungkap Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK), aliran dana dari Australia buat mendanai aksi terorisme di Indonesia. Bahkan, PPATK mensinyalir senjata api dan bom rakitan yang digunakan meneror Jakarta pekan lalu itu berasal dari Filipina, yang dibeli dari kiriman duit seseorang dari Negeri Kanguru itu.

Dari penelusuran dilakukan PPATK diketahui ada aliran dana dari warga negara asing (WNA) asal Australia berinisial L. Menurut Kepala PPATK, Muhammad Yusuf, L mempunyai istri warga Indonesia asal Nusa Tenggara, serta kerap mengirim uang dalam jumlah besar ke rekening pribadi istrinya di Indonesia.

"Dari penyelidikan kami, istri dari WNA Australia itu juga memberikan uang transferan tersebut ke seseorang berinisial H. Dan ketika dikoordinasikan dengan pihak Densus 88 Mabes Polri, ternyata diketahui kalau H ini, mengirim uang ke pemasok senjata di Filipina," kata Yusuf usai memberi pembekalan penyidik Polda Jawa Timur, di Mapolda Jawa Timur, Rabu (20/1).

Comments