TIGA VERSI ASAL USUL RITUAL SEKS GUNUNG KEMUKUS
Ritual
seks di Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah geger setelah diungkap oleh
wartawan asing Patrick Abboud. Diberitakan Patrick bahwa ritual tersebut
berasal dari kisah seorang pangeran yang berselingkuh dengan ibu tirinya dan
melarikan ke Gunung Kemukus.
Antropolog
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Soehada mengatakan
ritual tersebut merupakan fenomena budaya terkait dengan tiga unsur sistem
keyakinan sekaligus yaitu, Jawa, Hindu-Buddha dan Islam. Di gunung tersebut
terdapat makam Pangeran Samudro.
Ritual
seks di Gunung Kemukus sering menjadi objek penelitian Soehada yang juga alumni
Universitas Gadjah Mada (UGM) itu beberapa tahun lalu. Menurutnya, terdapat
tiga versi tentang kisah pangeran Samudro.
Diantara
tiga versi tersebut yaitu pangeran Samudro merupakan seorang muallaf yang
kemudian diajak ke Demak oleh ibunya Dewi Roro Ondo. Pangeran Samudro merupakan
keturunan Raja Majapahit yang terakhir yang sangat dicintai ibunya. Dewi
kemudian menyuruh kepada pengeran Samudro untuk berguru ke seorang ulama di
Gunung Lawu.
Seusai
berguru, kata Soehada, pangeran Samudro pulang ke Demak. Namun, sampai di
daerah Sumberlawang di daerah gunung kemukus dan menyebarkan agama Islam sampai
meninggal di sana. Mengetahui anaknya meninggal, ibunya menyusul ke Gunung
Kemukus, Makanya ia disebut sebagai Da’i Islam di situ.
Kemudian,
versi selanjutnya mengenai pangeran Samudro, yaitu cerita yang berkembang bahwa
di Gunung Kemukus terdapat satu makam namun di dalamnya terdapat pangeran
Samudro dan ibunya.
Namun,
kata Soehada, dalam versi kedua terdapat penggeseran makna tentang istilah
Demenan (sangat sayang). Orang Jawa menggap demenan yang dilakukan oleh Dewi
Roro kepada Pangeran Samudro merupakan ritual seks yang harus diakukan di makam
pangeran Samudro jika cita-cinya ingin tercapai.
Karena
itu, menurut Soehada, terdapat tiga tipe peziarah di makam pangeran Samudro
yaitu orang yang benar-benar berziarah. Kemudian, peziarah dengan mempercayai
harus melakukan ritual seks karena mitos yang dibangun. Selain itu, peziarah yang
merupakan petualang seks.
Sebab, lanjut Soehada,
sejak tahun 80-90 an di Gunung Kemukus sudah banyak bilik untuk kepentingan
seks. Sehingga, pekerja seks komersial sangat marak. Sekitar tahun 80-an juga,
lanjut Soehada, daerah tersebut kemudian diambil pengelolaannya oleh pemerintah
daerah.
Comments
Post a Comment