Dana Desa Sulap Harga Bambu di Taro Melonjak 5 Kali Lipat
Petani
Bambu di Desa Taro Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar Bali tak
lagi gigit jari. Dana Desa yang dimanfaatkan untuk membangun jalan usaha
tani ini, telah menyulap harga komoditi bambu naik hingga 5 kali lipat.
“Sebelumnya
harga bambu hanya Rp 1 ribu per batang. Sekarang sudah naik Rp 4-5 ribu
per batang,” ungkap Madirupa, Pendamping Lokal Desa (PLD) Desa Taro.
Madi
mengatakan, sulitnya akses petani dalam memobilisasi hasil panen
berdampak pada tingginya biaya transportasi. Akibatnya, harga bambu di
Desa Taro dibandrol dengan harga yang sangat rendah. Namun sekarang,
petani tak lagi kesulitan karena dana desa Tahun 2015 telah dimanfaatkan
untuk membangun jalan sebagai akses menuju perkebunan tersebut.
“Tahun
2015, Desa Taro mendapatkan dana desa sebesar Rp 332 Juta. Sebagian
besar digunakan untuk membangun jalan usaha tani. Selain menguntungkan
para petani, peternak juga diuntungkan karena kalau mau nyabit rumput
jalannya sudah bagus. Seniman-seniman yang mau mencari kayu juga lebih
dipermudah,” ujarnya.
Tidak
hanya itu, dana desa Tahun 2015 juga dimanfaatkan Desa Taro untuk
mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Uniknya, BUMDes yang
dipilih adalah pengelolaan Bank Sampah. Sehingga selain meningkatkan
perekonomian desa, BUMDes juga memberikan efek positif bagi kebersihan
lingkungan.
“BUMDes
sudah berjalan sejak awal tahun ini (2016). Kita sudah dirikan bangunan
untuk Bank Sampah, berikut dengan mobil pick up untuk kendaraan
operasional. Melalui BUMDes ini, kita mencoba mengubah sampah menjadi
hal yang bernilai. Setiap 2 kali seminggu, sampah-sampah non-organik
warga kita kumpulkan lalu dijual,” ujarnya.
Menurut
Madi, realisasi dana desa di Taro melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan. Berbagai bentuk
sosialisasi dilakukan, untuk mendorong keterlibatan aktif masyarakat
setempat.
“Dana
desa direalisasikan melalui musyawarah desa. Semua dilibatkan termasuk
ibu-ibu PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga). Bahkan sosialisasi juga
kita lakukan melalui spanduk-spanduk,” ungkapnya.
Di
sisi lain, Desa Taro memiliki potensi wisata yang cukup besar.
Keberadaan Pura Gunung Rawung (Pura Agung) di wilayah Banjar Taro Kaja
misalnya, memiliki keterkaitan dengan kedatangan Rsi Markandeya ke Bali
dalam periode ke dua.
“Dengan
adanya Pura ini, Desa Taro bisa dijadikan sebagai lokasi wisata religi.
Selain itu, Desa Taro juga punya taman wisata gajah, lembu putih, dan
hutan dengan jalur trekking yang bagus. Misi kita ke depan, ingin
menjadikan desa ini menjadi desa wisata. Untuk itu, infrastrukturnya
kita perbaiki dulu,” ujarnya.
Untuk
Tahun 2016 Desa Taro mendapatkan dana desa sebesar Rp. 788 juta.
Rencananya, dana desa ini akan digunakan untuk membangun infrastruktur
berupa jalan desa, jalan usaha tani dan jalan lingkungan.
sumber : disini
Comments
Post a Comment