Mengenal Antareja, tumbal perang Bharatayuda dan proyek MRT


Mengenal Antareja, tumbal perang Bharatayuda dan proyek MRT

Mengenal Antareja, tumbal perang Bharatayuda dan proyek MRT









Sejak dicanangkan tahun 2013 lalu, mass rapid transit (MRT) terus dikebut pengerjaannya oleh pemerintah. Namun babak baru yang menandai diseriusinya proyek ini adalah ketika Presiden Jokowi meresmikan mesin bor bawah tanah atau Tunnel Boring Machine (TBM) untuk proyek ini.

Oleh Jokowi, mesin bor buatan Japan Tunnel Systems Corporation (JTSC) ini diberi nama Antareja. Kini Antareja pun menjadi menjadi andalan pemerintah dalam menggarap proyek MRT di Jakarta.

Antareja sendiri menggunakan teknologi berbasis Earth Pressure Balance (EPB) yang pertama kali digunakan di Indonesia. Mesin bor raksasa ini memiliki diameter sekitar 6,7 meter dengan panjang 43 meter dengan mencapai 323 ton.

Sejauh ini bor Antareja sudah membuat terowongan sepanjang 321 meter dari titik Patung Pemuda, Senayan menuju arah Setiabudi.

Nama Antareja yang disematkan Presiden Jokowi kepada mesin bor ini tentunya bukan sembarang nama. Antareja andalan pemerintah untuk menggarap proyek MRT ini merujuk pada tokoh pewayangan.
Nama Antareja (Anantareja atau Ontorejo) memang hanya ada dalam pewayangan Jawa, dan tidak terdapat dalam versi Mahabharata India. Hal ini karena tokoh Antareja merupakan tokoh asli ciptaan para pujangga Jawa. Dalam pewayangan Jawa, Antareja merupakan putra sulung Werkodara atau Bima dari keluarga Pandawa.

Dalam wayang versi Surakarta, Bima mempunyai tiga putra yang terkanl amat saksi, mereka adalah Antareja, Antasena dan Gatotkaca. Sedangkan dalam versi wayang Yogyakarta, Antasena dan Antareja adalah satu orang. Hal ini berbeda dengan cerita Mahabharata asli versi India di mana Bimasena hanya memiliki satu anak yakni Gatotkaca.

Dalam wayang Jawa, Antareja adalah putra sulung Bimasena yang lahir dari Nagagini, putri Batara Anantaboga, dewa bangsa ular. Perkawinan Bima dan Nagagini (Dalam lakon wayang Bale Sigala-gala) terjadi setelah Pandawa selamat dalam peristiwa terbakarnya Bale Sigala-gala yang dibuat Kurawa untuk membunuh para Pandawa

Bima kemudian meninggalkan Nagagini dalam keadaan mengandung. Lalu Antareja lahir dan dibesarkan oleh Nagagini sampai ketika dewasa dia memutuskan untuk mencari ayah kandungnya.

Dengan bekal pusaka Napakawaca pemberian Anantaboga dan Cincin Mustikabumi pemberian Nagagini, Antareja berangkat menuju Kerajaan Amarta. Di tengah jalan Antareja menemukan mayat seorang wanita dalam perahu tanpa pengemudi. Dengan menggunakan Napakawaca, Antareja menghidupkan wanita tersebut, yang tidak lain adalah Subadra istri Arjuna (adik Bima).
Tiba-tiba muncul Gatotkaca menyerang Antareja. Saat itu Gatotkaca memang sedang ditugasi untuk mengawasi mayat Subadra untuk menangkap pelaku pembunuhan terhadap bibinya itu. Subadra yang telah hidup kembali melerai kedua keponakannya itu dan saling memperkenalkan satu sama lain. Dari situ kemudian mereka tahu bahwa keduanya adalah putra Bima si perkasa.

Kakak adik satu bapak lain ibu ini pun gembira atas pertemuan tersebut. Kedua putra Bima itu pun bekerja sama dan akhirnya berhasil menangkap pelaku pembunuhan Subadra yang sebenarnya, yaitu Burisrawa. Kemunculan Antareja untuk pertama kalinya tersebut dalam pewayangan Jawa muncul dalam lakon Sumbadra Larung.

Antareja dieknal sakti mandraguna karena banyak memiliki mustika atau pusaka. Antareja memiliki Ajian Upas Anta pemberian Hyang Anantaboga. Lidahnya sangat sakti, makhluk apapun yang dijilat bekas telapak kakinya akan menemui kematian.

Anatareja juga diceritakan berkulit Napakawaca, sehingga kebal terhadap senjata. Dia juga memiliki cincin Mustikabumi, pemberian ibunya, yang mempunyai kesaktian bisa menjauhkan dari kematian selama masih menyentuh bumi maupun tanah. Tak cuma itu, cincin itu juga dapat digunakan untuk menghidupkan kembali kematian di luar takdir. Kesaktian lain Anantareja dapat hidup dan berjalan di dalam bumi, atau ambles bumi seperti hanya manusia berenang di air.
Kesaktian inilah yang mengilhami mesin bor buatan Jepang itu diberi nama Antareja. "Tanyakan ke tokoh pewayangan, siapa Antareja. Yang jago ambles bumi ya Antareja itu," ujar Jokowi usai peresmian mesin bor bawah tanah di bundaran Senayan, Senin (21/9/2015) lalu.

Sebagai ksatria pilih tanding, Antareja memiliki sifat jujur, pendiam, sangat berbakti pada yang lebih tua dan sayang kepada yang muda, rela berkorban dan besar kepercayaannya kepada Sang Maha Pencipta. Antareja kemudian dikisahkan menikah dengan Dewi Ganggi, putri Prabu Ganggapranawa, raja ular di Tawingnarmada, dan memiliki putra bernama Arya Danurwenda.

Setelah dewasa Anantareja menjadi raja di negara Jangkarbumi bergelar Prabu Nagabaginda. Dia meninggal menjelang perang Bharatayudha atas perintah Prabu Kresna dengan cara menjilat telapak kakinya sebagai Tumbal (korban untuk kemenangan) keluarga Pandawa dalam perang Bharatayuddha. Sebenarnya, kematian Antareja memang disengaja oleh para Pujangga Jawa karena dalam Kakawin Bharatayuddha maupun Kakawin Mahabharata tidak ada tokoh Antareja.

Kini Antareja pun menjadi 'tumbal' proyek MRT. Setiap hari, Antareja ditarget mengebor tanah sepanjang 8 meter. Namun rencananya tidak hanya Antareja, pemerintah menargetkan akan memboyong 3 alat lagi sejenis untuk membantu Antareja mewujudkan pengeboran MRT. Bahkan disebut-sebut mesin lainnya akan diberi nama Antasena yang juga tak kalah sakti dari Antasena. Semoga saja dengan kesaktian keduanya, MRT lekas rampung pada 2018 mendatang.

Comments

Popular Posts