Narkoba Musuh Nomor Satu Remaja

Narkoba merupakan musuh nomor satu bagi para remaja. Namun, para remaja hingga saat ini banyak yang belum tahu mengenai narkoba sebagai musuh utama ini. Buktinya, semakin banyak remaja terjerumus dalam rayuan maut narkoba. Ketidaktahuan remaja tentang bahaya narkoba memang menjadi tugas berat bagi orangtua dan guru untuk menerangkannya. Apalagi narkoba sekarang sangat mudah didapat dan pengedar nya ada disekitar mereka.
Hasil Survei BNN tahun 2014 menunjukkan, peredaran sabu di Tanah Air mencapai 219,44 Ton, Ekstasi 13,2 juta butir dan Ganja mencapai 140,75 Ton (Data dan Jurnal BNN 2015).
Dari kelompok penyalahguna, maka yang paling rentan menjadi korban penyalahguna narkoba adalah kelompok remaja. Mengapa remaja?
1. Jiwa remaja yang masih labil
Jiwa remaja yang masih labil, mudah dipengaruhi dan diiming-imingi oleh kenikmatan semu tanpa memikirkan akibatnya di masa depan. Hal itu terjadi karena remaja sedang berada dalam masa pencarian jati diri, yaitu mencari siapa dirinya dan apa yang seharusnya ia perbuat sebagai individu.

2. Dorongan kuat untuk mencoba hal-hal baru
Dalam proses pencarian jati diri, remaja akan melakukan eksplorasi diri dengan mencoba segala hal baru atau petualangan hidup, seperti kehidupan seks dan penggunaan narkoba.

3. Rasa ingin tahu yang tinggi
Kalau di masa kanak-kanak, keingintahuan terhadap sesuatu diatasi dengan pelontaran berbagai pertanyaan kepada orang dewasa, maka remaja akan lebih tertarik untuk mencari tahu sendiri jawabannya dan mencoba secara langsung.

4. Jiwa remaja penuh gejolak pemberontakan
Gejolak tersebut adalah gejolak ingin mendapatkan pengakuan bagi keberadaan dirinya. Ia juga ingin mendapatkan kepercayaan dan tanggung jawab, berprestasi, menunjukkan keberanian, menonjolkan diri, mendapatkan penghargaan, kebebasan, dan kemandirian. Remaja juga cenderung menunjukkan pemberontakan pada kekuasaan otoritas seperti orangtua, guru, atau orang dewasa lainnya serta nilai, norma dan aturan yang berlaku yang dianggap mengekang.
5. Pengaruh kuat kelompok pergaulan
Hal yang paling terlihat sekali di masa remaja yaitu terbentuknya kelompok-kelompok pergaulan teman sebaya (peer) yang ditandai oleh kekompakan, kesetiaan, dan solidaritas yang tinggi pada kelompoknya. Kepatuhan kepada teman sebayanya bahkan mengalahkan kepatuhan remaja kepada orangtua. Solidaritas terhadap peer (teman sebaya) sebenarnya dapat menjadi hal yang positif bagi pengembangan kepribadian, penemuan identitas diri, peningkatan self esteem, dan pengembangan kepekaan dan ketrampilan sosial selama peer remaja adalah peer yang positif, bukan justru destruktif.

6. Tekanan dari orang tua dan lingkungan yang kurang memahami remaja
Gejolak pemberontakan remaja seringkali diperparah oleh sikap dan perlakuan orang tua dan lingkungan yang tidak memahami mereka. Orangtua yang memandang anak adalah sepenuhnya miliknya yang harus dijaga, dilindungi, diarahkan sesuai aturan yang dianggap baik oleh orang tua. Orang tua tersebut justru akan semakin berusaha menekan dan menghukum jika perilaku anaknya tidak sesuai dengan harapannya. Dampaknya adalah remaja justru akan lari dan semakin kuat menggabungkan diri pada teman-teman yang lebih memahami keinginannya. Jika teman-teman yang ia temui adalah pecandu narkoba aktif maka ia akan terbawa ke lingkungan yang salah.

7. Rasa frustasi karena tidak terpenuhinya kebutuhan dan keinginan remaja
Seperti yang sudah banyak di ketahui bahwa penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja dapat merusak mental, moral dan juga masa depan mereka.
Dan yang lebih berbahaya adalah mereka dapat menjadi pelaku kriminal dalam masyarakat. Hal ini bisa terjadi karena ketergantungan mereka terhadap narkoba yang begitu tinggi.

 INDONESIA DARURAT NARKOBA



Bagi kamu yang peduli silahkan download buku Buku Pencegahan Narkoba Sejak Usia Dini full disini

Comments